Sunday, May 25, 2008

Life Is Like A Mushroom

Selama musim hujan, saya nemuin banyak jamur yang tumbuh didekat Sembawang MRT.

Disana ada petak-petak tanah yang ditanami rerumputan.



Tapi karena musim hujan, jadinya tanahnya lembab. Dan mulailah jamurnya bermunculan. Banyaaakkk banget. Kaya panen :P



Awal-awalnya, hanya ada 1 macam jamur doank. Warnanya abu-abu..




Ini dari atas. Baguuss banget :)



Dari samping, kelihatan kaya payung.

Nah, kalau udah agak lama.. Si payungnya bakalan keatas.




Kalau difoto dari atas sih ngga gitu kelihatan bedanya.



Kalau dari samping baru kelihatan... :)

Ngga berapa lama..Eee, ada jenis baru :D

Kali ini bentuknya lebih besar! Warnanya coklat.



Pertamanya sih payungnya masih kecil.



Tapi lama-lama bisa melebar ampe gedeee...



Kadang satu lubang bisa keluar 2 jamur :D



Bisa berentetan dari yang paling tinggi ke paling pendek :D


Lihat? Payungnya makin gede seiring dengan pertumbuhannya :)

Bagus banget yaah..... Baru pertama kali lho saya lihat jamur beneran (yang tumbuh langsung di tanah), biasanya saya lihat jamur ya... yang di supermarket :P

Sayangnya, jamur ini pendek umur :(. Selama beberapa hari ini saya mengamati jamur-jamur tsb, saya jadi tahu kapan dan dalam kondisi bagaimana mereka bisa tumbuh :P

Kita bisa nemuin jamur kalau pagi hari, pas udaranya masih sejuk. Kalau siang, karena panas, mereka bakalan layu. Dan mungkin malam hari, udah mati. Karena mereka ga terlalu tahan ama panas matahari.



Jamur ini udah kelihatan agak kering...



Kalau yang ini udah kering... Tinggal nunggu waktu :'(

Nah, kalau hari ini hujan gede, berarti besok pagi ngga ada jamur. Karena jamurnya ga tahan ama hujan dan angin gede. Tapi lusa, bakalan panen jamur deh. Jamurnya bakalan banyak bermunculan. :D

So.. melihat siklus jamur yang sepertinya ga bisa tahan hidup lebih dari 2 hari dengan cuaca seperti akhir-akhir ini, saya jadi kepikiran ayat:

15 Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;

16 apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.

Mazmur 103 : 15-16


24 Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur,

25 tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.

1 Petrus 1 : 24-25

1 "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.

2 Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.

Ayub 14 : 1-2

Kalau dilihat dari Firman Tuhan diatas, hidup manusia diumpamakan sepeti rumput, atau bunga rumput. Kalau rumput sih saya sering lihat, tapi bunga rumput ngga pernah. Dan sepertinya rumput hidupnya lumayan panjang (ga tau ya... ga pernah perhatiin sih :P)

Makanya waktu baca ayat tsb, suka ngga kebayang. Tapi sekarang setelah saya melihat jamur, maka bisa saya hubungkan dengan ayat tsb. Bahwa hidup manusia seumpama jamur :D. Yang hari ini ada, besok udah ngga ada :P

Jadi merenung... Dalam hidup yang singkat ini, apa yang saya udah lakukan buat Tuhan. Sepertinya ngga ada! Saya hanya hidup dan menikmati comfort zone saya. Jadi malu... Jadi mikir..

Selama ini, kalau bicara tentang kematian mungkin pertanyaan yang sering muncul adalah, "Apakah kamu takut mati?". Saya sendiri kalau ditanya begitu, jawabannya.. ngga. Saya ga takut "matinya". Yang saya takutkan adalah apa yang akan terjadi setelah saya mati.

Siapa yang akan mengurusi keluarga saya? Apakah saya udah menjadi seseorang yang cukup membantu orang lain di dunia ini, atau malah menjadi orang menyebalkan yang jadi beban bagi orang sekitar? Tapi pertanyaan paling besar yang akan saya hadapi waktu saya mati bukanlah "Apakah saya akan masuk surga atau neraka ?" melainkan "Apakah yang akan saya bawa ke hadapan Tuhan Yesus?".

Kebayang kalau saya mati, Tuhan Yesus udah nunggu saya, lalu Dia akan bertanya, "Apa yang kamu bawa?". Dan saya hanya bisa melihat tangan saya yang kotor dan kosong.... Wah jangan deh. Amit-amit! XP

Sampai hari ini, saya merasa bahwa saya ngga pernah membawa sesuatu apapun untuk Dia. Tidak pernah mempersembahkan sesuatu apapun untuk Dia. N yet... saya bilang kalau saya anak Tuhan.. Apa itu yang disebut 'ngaku-ngaku' gituh ya? :P

Sekarang, ada 1 kesempatan dimana saya bisa digunakan Tuhan untuk mengabarkan Injil. Tapi kalau saya mau menerima kesempatan tsb, itu berarti pengorbanan yang besar untuk saya. Saya harus meninggalkan comfort zone saya.. Belum lagi keberatan dari orang-orang terdekat..

Ga mudah memang. Apalagi, saya ini orangnya kalau udah stay di 1 tempat, udah enak, uda deh puas.. ga pengen kemana-mana lagi. Bukan type petualang :P. Dan untuk masalah keberatan dari beberapa pihak... Well.. Itu ga mudah bagi mereka, tapi lebih ga mudah lagi buat saya. Mungkin ini yang dibilang

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku

Lukas 14 : 26


Artinya yaa kalau mau ikut Tuhan, harus keluar dari comfort zone.

Tapi kembali lagi.. kalau dipikir, Tuhan Yesus aja rela meninggalkan comfort zone Dia untuk turun ke dunia demi menebus dosa saya. Bayangin... Mana ada comfort zone yang lebih comfort dibandingin sorga??? Dan Dia rela meninggalkan itu semua untuk datang ke dunia ini yang jelas-jelas ngga bisa dibandingin ama sorga. Dunia yang kotor oleh dosa.. Yang ngga ada bagus-bagusnya deeeh..

Coba bayangin... Suatu hari kita yang hidup di kota, dengan kehidupan yang enak.. kaya SG, disuruh ke desa kecil di pedalaman Irian Jaya untuk melayani orang-orang disana. Ngga ada listrik. Susah dapatin air bersih. Banyak nyamuk, dan sumber penyakit. Kotor. Jalanannya ga bagus. Harus hidup di rumah butut yang kotor, lembab dan bocor. Pokonya ga bisa deeeh dibandingin ama SG. Tapi ada 1 yang cukup menghibur. Orang-orang disekitar kita ramah-ramah dan baik-baik. Mereka selalu ada waktu kita membutuhkan. Kita yang tadinya ngga betah, tapi karena punya banyak teman, jadinya merasa betah juga :)

Well... itu kasus yang berakhir happy end. TAPI, beda ama Tuhan Yesus. Pertama, Dia ngga disuruh turun ke dunia. Dia RELA! Kedua, Dia tahu bahwa dari segi keadaan / lingkungan, dunia itu bukan suatu tempat yang nyaman. Bukan itu saja, Dia tahu apa yang menantinya didepan! Dia tahu bahwa orang-orang akan menolak Dia! Dia tahu bahwa murid-muridNya pun akan meninggalkan bahkan menyangkal Dia! Dia tahu bahwa orang-orang akan menyerahkan Dia untuk disalib! Dia akan disiksa dan menderita sekali. And yet... Dia masih tetap mau datang ke dunia dan menebus dosa kita...

Bayangkan kalau kita tahu bahwa di pedalaman Irian Jaya itu kita akan ditolak, disiksa, bahkan mungkin mati. Apakah kita masih rela kesana? Well... mungkin saja... KALAU KITA MEMILIKI HATI SEBAGAI HAMBA. Kalau kita mengerti hati Bapa.

Tuhan udah 'habis-habisan' untuk kita.. Apakah kita rela stay di comfort zone kita atau kita juga mau 'habis-habisan' untuk Tuhan?

Jadi... kembali pertanyaannya,

"Kalau Tuhan memanggil kita untuk dipakai memberitakan Firman Tuhan. Kalau kita tahu bahwa ketika kita bersedia, maka kita harus meninggalkan comfort zone kita. Meninggalkan rumah yang cozy dan lingkungan yang enak. Meninggalkan teman-teman dan sahabat-sahabat kita. Meninggalkan orang tua, saudara, dan keluarga kita. Tidak ada jaminan bahwa kita akan hidup enak di tempat baru kita. Mungkin kita akan bergumul dengan keadaan lingkungan yang buruk. Mungkin orang-orang disekitar kita pun ngga menerima kita. Dengan keadaan ekonomi yang secukupnya. Tidak ada jaminan bahwa apa yang kita usahakan atau lakukan akan membuahkan hasil. Hanya bisa percaya bahwa Tuhan'lah yang memanggil kita. Hanya punya 1 keyakinan bahwa apa yang kita jalani adalah kehendakNya SEKALIPUN KITA MELIHAT TIDAK ADA HASILNYA! Apakah kita masih mau menerima panggilan itu?..."

Pikirkan... Renungkan... hubungkan dengan panggilan Yesaya...

No comments: