Monday, February 12, 2007

Beautiful Sunday - 11 Feb 2007

Hari ini saya n housemate saya pergi ke Esplanade. Yup..gedung yang kaya durian (ok..sebenarnya sih bentuknya microphone, tapi harus liatnya dari atas)



Setiap 1 bulan 1 x, selalu ada konser yang dinamain 'Beautiful Sunday'. Dari namanya, ya..pastinya acara ini diadakan hari Minggu. Dari jam 3pm - 4pm.

Tempatnya di Esplanade Concert Hall. Jadi bagi yang pengen tau dalamnya si 'gedung durian' ini kaya apa tapi ga mau keluarin duit, nah ini saatnya :P. Bisa ikutin konser ini tiap bulan. It's FREE!!



Tiap bulan temanya beda-beda, yang kali ini sih tentu aja bertemakan Valentine.

Kalau telat datang, kita masih boleh masuk TAPI sesudah 1 lagu selesai dimainkan. Biasanya kalau kita nunggu diluar pintu, ada TV kecil dimana kita bisa nonton konser yang sedang berlangsung didalam.

Today is really really a beautiful Sunday. Lagu-lagu yang dinyanyikan lumayan familiar. Alat musik yang dimainkan adalah string instrument. Terakhir ditutup dengan lagu 'Can't Stop Falling In Love'. Waktu orkestranya memainkan lagu ini, si conductornya ngebalik ke arah penonton n 'mengarahkan' penonton untuk ikut berpartisipasi dengan cara bertepuk tangan mengiringi lagunya.. Wuiih, senang bangettt :D

Hehe, dah ga sabar ikut Beautiful Sunday selanjutnya. :D

Roger Doriot - 11 Feb 2007

Hari ini selesai kebaktian, ada 1 orang bule yang mau menyampaikan sesuatu. Saya kira dia mau bicara dalam bahasa Inggris, ee...tahunya dia fasih banget berbahasa Indonesia. Ternyata dia misionaris di Papua. Namanya Roger Doriot.

Dia share sedikit tentang pelayanannya di Papua. Yy bilang ke saya, kalau lihat kaya gitu, kadang suka bertanya-tanya... Kok orang asing bisa terbeban ke Indo padahal orang Indonya sendiri jarang ada yang terbeban ke pelosok Indonesia. Yah...itulah yang namanya panggilan. Ga selalu terpanggil untuk melayani di negara sendiri.. Bukan berarti itu hal yang jelek (Ga peduli negara sendiri). Tapi tergantung ama beban masing-masing.

Sesudah sharing, Roger bilang kalau yang terpenting adalah dukungan doa. Di luar Chapel udah ada meja pendaftaran bagi mereka yang bersedia mendukung dia dan timnya dalam doa secara reguler.

Waktu saya daftar, ternyata banyak juga yang berkomitmen mendoakan dia. Di lembar pendaftarannya kita harus mencantumkan nama dan alamat email. Katanya, dia akan update kita dengan berita seputar pelayanan misi dia.

Nah, kalau ada yang mau doain dia juga atau mau tau seputar pelayanan dia, bisa cek di:

Roger (and Suzanne) Doriot

CrossWorld in Papua, Indonesia

http://www.rogerdoriot.com/

Semoga saya bisa setia mendukung pelayanan dia dalam doa dan juga berharap semoga saya bisa mendukung mereka dalam dana juga :) AMIN! hehe...

Monday, February 5, 2007

End Of The Spear - 3 Feb 2007

PP di GPBB selalu membahas 1 topik dalam 3 bulan. Kali ini kuarter pertama di tahun 2007 membahas tentang misi. Jadi, setiap minggu PPnya akan bertemakan misi. Hari ini di PP diputarkan film 'End Of The Spear'- base on a true story.



Film yang menceritakan tentang 5 orang misionaris: Nate Saint, Ed McCully, Jim Elliot, Peter Fleming dan Roger Youderian. Mereka pergi ke Ekuador untuk menjangkau suku Waodani, suku primitif yang terkenal dengan kebarbarannya membunuh orang dengan tombak.

WARNING! MAY CONTAIN SPOILERS


Film ini mengambil Nate Saint sebagai pemeran utama. Bagaimana dia dan teman-temannya begitu bersemangat untuk mengabarkan Injil pada suku ini sekalipun berita tentang kebuasan mereka sudah terdengar dimana-mana.

Nate pernah mengambil flying lessons waktu high school, dan waktu PD 2 dia juga sempat bergabung dengan U.S. Army. Tapi dia terpaksa meninggalkan U.S.army karena ada infeksi di kakinya. Dan sekarang dia menjadi seorang misionaris yang menerbangkan pesawat untuk mensupply obat-obatan, mengantarkan surat dan kebutuhan lainnya untuk misionaris lokal.

Dalam film ini diceritakan bagaimana kelima keluarga misionaris ini menjalin persahabatan yang erat sekali, karena mereka mempunyai misi dan passion yang sama untuk menjangkau suku Waodani. Pertama, para misionaris berusaha mengetahui dimana suku Waodani berdiam, karena mereka nomaden (suka berpindah-pindah) dan letak desanya pun agak tersembunyi.

Nate seringkali menerbangkan pesawatnya sepanjang sungai Amazon, berharap ada tanda-tanda keberadaan suku Waodani. Sampai suatu hari, dia melihat ada 1 orang suku Waodani yang mengintainya dari balik pohon. Disana Nate tahu bahwa kemungkinan besar desa suku Waodani terletak disekitar sungai Amazon.

Pulang dengan hati yang begitu gembira, Nate menceritakan hal ini kepada teman-temannya. Mereka sepakat untuk membuat kontak dengan suku Waodani dengan cara mengirimkan makanan, minuman, dan pakaian melalui 1 keranjang yang diikat ke pesawat terbang Nate.
Dan...beberapa hari pun berlalu. Setiap hari mereka mengirimkan barang-barang ke desa suku Wadani. Lama-lama suku Waodani mulai terbiasa dan menunggu kedatangan 'burung raksasa' yang selalu mengirimkan 'barang-barang aneh' kepada mereka.

Sampai suatu hari Nate dan teman-temannya memutuskan bahwa sudah saatnya untuk bertemu langsung dengan suku Waodani. Selama ini mereka mengirimkan barang-barang tersebut sebagai wujud persahabatan/ niat baik mereka.

Nate mempunyai 1 orang anak laki-laki bernama Steve yang baru berumur 8 tahun (di kenyataannya sih sebenarnya Steve berumur 5 tahun saat itu, ga tau kenapa di film kok jadi 8 tahun. Apa karena sulit mendapatkan anak kecil yang pintar berakting? :P). Nate pernah membuat miniatur pesawat terbangnya untuk Steve. Sebelum kepergiannya, Nate sempat berjanji pada Steve, kalau suatu hari nanti dia akan mengajarkan Steve bagaimana menerbangkan dan membetulkan pesawat.

Tapi...janji tersebut tidak pernah akan terpenuhi. Nate dan keempat temannya dibunuh dengan tombak oleh suku Waodani. Hal ini menjadi headline berita dimana-mana saat itu.

Keluarga kelima misionaris itu tentu saja sangat berduka. Sampai akhirnya kelima orang janda dari misionaris tersebut memutuskan untuk pergi ke desa suku Waodani. Keputusan ini bisa dikatakan berani sekali. Sekalipun suku Waodani dikatakan tidak pernah membunuh wanita dan anak-anak, tapi untuk pergi tinggal menetap bersama orang-orang yang sudah membunuh suami mereka, dibutuhkan keberanian yang sangat besar.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka sewaktu membuat keputusan ini. Bagaimana rasa marah, sedih, kecewa terus berkecamuk dalam hati mereka.Tapi mereka memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggal mereka di kota dan tinggal di hutan, membawa serta anak-anak mereka.

Sebagai orang tua, tentu saja mereka pasti menginginkan anak-anak mereka dibesarkan di sebuah lingkungan yang baik, yang bisa menopang pertumbuhan si anak. Tapi mereka malah membawa anak-anak mereka untuk tinggal di tengah kaum primitif yang jangankan bisa membaca menulis, berpakaian pun tidak. Belum lagi bahasa suku yang pastinya tidak bisa dimengerti oleh anak-anak mereka. Dan bagaimana perasaan anak-anak mereka tinggal di tengah suku yang sudah membunuh ayah mereka? Sungguh hanya kekuatan dari Tuhan'lah yang sanggup menguatkan para istri misionaris tersebut untuk membuat keputusan berani seperti itu.

Tapi berapa pun besarnya pengorbanan yang mereka buat tidak dapat dibandingkan dengan hasil yang mereka dapat. Akhirnya, Injil bisa diberitakan pada suku Waodani. Kepala sukunya bertobat dan mengangkat Steve sebagai anak angkatnya. At the end of the movie Steve Saint says, 'I think My dad would have liked the fact that the man who murdered him was now a grandfather to his grandkids'.

Ada sedikit perbedaan antara film dengan kisah nyatanya.

Dalam kenyataan, sebenarnya sejak Steve dibawa ke pedalaman hutan untuk tinggal di tengah suku Waodani, dia sudah tahu siapa pembunuh ayahnya. Which makes the struggle even harder.
Tapi di film, Steve tidak mengetahui siapa pembunuh ayahnya yang sebenarnya. Sampai akhirnya sesudah dewasa, dia baru tahu bahwa pembunuhnya adalah Mincayani, kepala suku Waodani.

Steve tinggal di tengah suku Waodani. Di akhir film, diceritakan bagaimana keadaan suku Waodani sesudah mendengar Injil. Suku Waodani dulu sangat barbar. Sering terjadi perang saudara dimana-mana sehingga suku ini pun terancam punah. Tapi sesudah mengenal Tuhan, perang saudara pun tidak terjadi lagi.
Ini Steve Saint dengan suku Waodani. Mincayani adalah orang kedua dari kiri.


Ada juga cuplikan special interview dengan Steve Saints dan Mincayani, dan pengalaman Mincayani saat Steve membawanya ke US.



Over all, film ini bagus :) Sesudah nonton film ini sepertinya semangat bermisinya kembali menyala-nyala :P. Filmnya cukup mengharukan juga. Selama 1 jam 48 menit lampu di ruangan PP dimatikan. Dan sesudah pemutaran filmnya selesai, ketika lampu kembali dinyalakan...yang terlihat adalah kiri kanan saya (termasuk saya juga sih...) udah pada sembab matanya hahaha!

Bagi yang belum pernah nonton, SANGAT dianjurkan untuk nonton dhe...ga akan nyesal :D

Thursday, February 1, 2007

Love the Job You're In - 31 Jan 2007

Pagi ini dimulai seperti biasanya..

Bangun pagi (agak malas ke kantor sih sebenarnya), siap-siap n pergi ke kantor. Berdiri selama 1 jam di perjalanan MRT (peak hour sih.., hanya 20% kemungkinan dapat tempat duduk). Sempat mikir... harus cepat-cepat pindah kerjaan. Semua waktu n uang (transport) ga sepadan dengan apa yang saya dapat dari company ini.

Turun dari MRT, langsung menuju ke bus stop. Selama nunggu bus juga masih mikir.. ini company kejauhan dari rumah saya. Untungnya, di bus dapat tempat duduk (tentunya dengan perjuangan yang amat sangat :P).

Sampai di kantor,buka kompie, sarapan sambil cek email seperti biasanya. Jujur...udah agak malas-malasan juga. Hanya mikir..kerjaan saya hari ini apa ya? Sebenarnya, kerjaan di kantor saya itu...terlalu banyak untuk ditanggung oleh 2 orang. Makanya dulu NA dan BB sampai overload. Akhirnya mereka minta pihak Jakarta untuk recruit orang lagi......which is me. Tapi...kerjaannya sebenarnya terlalu sedikit untuk ditanggung bertiga.

Jadi, bisa diibaratkan kalau kerjaan di company saya itu sebanyak dua setengah. Maksudnya, 2 orang yang sibuk, tapi ada 1 orang yang hanya nanggung setengah beban kerjaan kantor, jadinya agak nganggur. Dan orang itu adalah saya.

Makanya saya yang paling ga betah di company ini. Selain companynya emang bermasalah (dalam hal sistem, disiplin dsbnya), juga masalah lainnya. Ga enak juga kalau lihat kiri kanan saya sibuk banget, tapi saya ga ada kerjaan.

Ok, mungkin banyak yang bilang, "Bukannya itu bagus? Kamu punya banyak waktu, santai, bisa chatting n browsing-browsing". Iya sih.... Tapi kalau setiap hari saya harus menempuh 3 jam perjalanan bolak balik dari kantor ke rumah, dengan gaji yang ga seberapa, dan di kantor pun saya sepertinya buang-buang waktu.. kayanya not worth it..

Capenya itu lho.. Dan saya sepertinya ga menghasilkan apapun. Belum lagi, Sabtu saya harus masuk setengah hari. Dan biasanya Sabtu saya ga ada kerjaan! Tapi'kan mau ada atau ga ada kerjaan, ya tetap harus masuk. Akhirnya..pernah saya seharian chatt n cek email, browsing-browsing sampai jam bubaran kantor -_-!

Di tengah ketidakpuasan ini, eee....pagi-pagi dapat email ini.

Love the Job You're In

Today's Scripture

"Work hard and cheerfully at whatever you do, as though you were working for the Lord rather than for people." (Colossians 3:23)

Some people think that loving their work means they won't have to work hard, or that they won't have frustrations. No, those things are all a part of life. But ultimately, God can help you enjoy what you're doing. When you're in God's will, there will be a joy on the inside and in your spirit, you will feel a sense of accomplishment. When you're serving in your purpose, you will be fulfilled and enjoy your life. You'll live the best life that God intended for you — and He'll take you places that you've never even dreamed of! You'll experience the abundant life He has in store. Our deepest desire for you is that you discover and follow God's perfect will — knowing your calling, so that one day you can look back and say, "This is why God put me here."


A Prayer for Today

God, I want to thank You today for giving me meaningful and fulfilling work to do. Help me to see Your ultimate purpose and experience Your joy in even the most ordinary aspects of my work. In Jesus' Name. Amen


Yah, sulit untuk bersyukur di tengah kesulitan.. tapi akan saya coba. Memang sepertinya saya orang yang ga tahu terimakasih. Padahal udah dapat banyak berkat:

1. sudah dapat kerja dengan cara yang ajaib (belum apply-apply ee...tawaran kerja datang sendiri)

2. dapat kerjaan yang lumayan santai (ga sibuk ampe bikin stress)
3. dapat colleague n boss yang baik

Tapi entah kenapa, kalau disuruh nge-list hal-hal yang saya ga suka, sepertinya lebih mudah :P

Bagaimana pun, saya akan mulai belajar untuk melakukan pekerjaan saya dengan sebaik-baiknya dan mungkin suatu hari ketika saya menengok ke belakang, saya akan bisa melihat alasan Tuhan menempatkan saya di company ini. (Tentu aja...selama saya berusaha bekerja dengan baik di kantor ini, saya juga akan terus apply-apply hihihi :P)