Selama mengikuti kegiatan di PP GPBB, baru kali ini tahu yang namanya 'community service'.
Hari ini ada community service ke Red Cross Home for the Disabled - Elizabeth Drive.
Background
The Red Cross Home for the Disabled (Home), situated at Elizabeth Drive currently provides long-term residential services and short-term respite care to *eighty-six severely disabled residents between the age of 5 - 58 years of age.
The residents of the Home suffer from various disabilities which include Down Syndrome, cerebral palsy, spastic quadriplegia, muscular dystrophy, epilepsy and other severe physical deformities. This is the only residential Home in Singapore that provides residential care to the severely disabled in Singapore.
Kumpul di gereja jam 12.15. Tapi karena saya kerja ampe jam 13.00, jadinya saya nyusul. Untung deh Yy juga pas kebagian kerja hari Sabtu, jadinya kita barengan kesana. Hehehe... memang, kalau ke tempat-tempat 'asing' sebaiknya bawa teman. Biar kalau tersesat ga sendirian :P
Sesampai disana memang udah banyak orang, tapi acaranya belum mulai. Masih nunggu beberapa orang lainnya. Gedungnya lumayan bagus'lah tapi cukup sederhana. Ada 3 lantai. Lantai pertama kebanyakan sih anak-anak. Tapi ada juga beberapa orang yang sudah tua.
Lantai kedua untuk pasien laki-laki. Lantai ketiga untuk pasien perempuan.
Sebelum kesana, Euis -selaku koordinator- udah melakukan observasi terlebih dahulu. Dia bilang kalau pasien-pasien disana 'bentuknya aneh-aneh'. Ya...tentu aja saya yang dengarnya bingung.. apanya yang aneh bentuknya??
Sampai saya lihat........baru saya ngerti. Di ruangan yang cukup besar (bisa muat 8 ranjang), terbaring pasien-pasien yang bukan saja cacat mental, tapi juga cacat fisik. Ada yang badannya seperti terpelintir (jadi, agak ga berbentuk...).
Sebagian besar pasien disana ga bisa bicara. Sebagian besar lainnya bisa bicara tapi hanya dengan bahasa Hokkian / Mandarin. Beberapa bisa pakai bahasa Inggris. Ada juga yang walaupun ga bisa bicara, tapi mereka ngerti apa yang kita omongin. Dan cara mereka berkomunikasi adalah dengan menunjuk gambar yang ada di 1 map. Mapnya berisi gambar-gambar seperti: segelas air minum, sepiring makanan, buku dsbnya. Kalau misalnya si pasien mau dibacain cerita, dia bakal nunjuk ke gambar 'buku' dst.
Kita dibagi kedalam kelompok-kelompok. Kelompok saya kebagian lantai 3. Disana ada 3 ruangan. Disana kita nyanyi sambil pakai gerakan dan mereka sepertinya senang. Sekalipun mungkin mereka ga ngerti kita ngapain, tapi ada yang tepuk tangan, tersenyum bahkan mencoba mengikuti gerakan kita. Kita nyanyi 3 lagu Inggris dan 1 lagu Mandarin.
Ada 1 orang ibu yang umurnya sudah sekitar 50 tahunan. Anak sulungnya yang perempuan cacat mental. Setiap minggu ibu ini datang ngunjungin anaknya sambil bawa makanan. Dia tanya kita darimana (dia bicara dengan bahasa Mandarin). Well....dengan bahasa Mandarin yang pas-pasan, kita bilang kalau kita dari gereja. Dan dia happy banget, karena dia juga Kristen. Akhirnya waktu kita nyanyi, dia ikut nyanyi dan juga ngajarin beberapa lagu Mandarin.
Ga semua dari kita bisa Mandarin, tapi karena si ibu ini antusias banget, akhirnya ya...kita berusaha sebisanya untuk nyanyi dalam bahasa Mandarin. Rame juga sih :D Senang ada si ibu ini. Puji Tuhan kita dipertemukan ama dia, jadinya kita semangat banget nyanyi untuk para pasien. Apalagi walaupun umurnya udah lebih dari 50 tahun, dia masih tetap lincah. Beberapa lagu yang dia ajarkan malah pakai gerakan :D Jadi keingat guru les Mandarin saya dulu :'(
Sesudah nyanyi, kita ada acara 'feeding'. Disini kita boleh bantu suapin makanan ke pasien. Ada 2x feeding. Yang pertama hanya kasih snack pas tea time. Makanannya ada beberapa macam. Bagi pasien yang ga bisa makan makanan keras, mereka dikasih roti yang dimasukin ke segelas susu (biar lunak). Bagi yang cukup 'normal', mereka dikasih kue basah + susu.
Selanjutnya...pilih pasien yang mau disuapin makan. Well...dari tadi saya sih udah 'ngincar' 1 orang nenek. Badannya gemuk, tapi dari mulai kita masuk dan nyanyi, dia selalu tersenyum. Dia bahkan berusaha mengikuti gerakan kita waktu lagu "My God Is So Big".
Waktu saya bilang ke susternya kalau saya mau suapin dia, susternya bilang kalau dia sih bisa makan sendiri. Ya...emang sih... Toh kelihatannya juga dia kaya orang normal :) (kecuali..suka senyum-senyum dan ga pernah bicara). Tapi gimana ya...namanya udah suka hahaha! Jadi tetap saya suapin loo..
Mungkin karena yang namanya cacat mental, biasanya mereka fisiknya udah tua tapi mentalnya masih kaya anak kecil jadinya perilaku mereka masih kaya anak kecil juga. Jadi pas saya suapin pun dia ga nolak. Malah waktu saya suruh dia makan sendiri, dia ga mau. Hahaha! Manja gituh. Padahal dari fisik sih.. dia mungkin udah umur 50 tahun keatas / bahkan udah 60 tahun.
Waktu saya suapin kue basah... Mau ga mau'kan tangan saya bakal kena mulut dia n juga err.... ludah dia. Tapi entah kenapa.. somehow saya ga merasa jijik. Toh nanti juga bisa cuci tangan. Waktu dikasih susu juga dia minta disuapin. Dia kelihatan happy banget.
Dia ga pernah bicara, hanya tersenyum. Di dekat bantalnya ada sebungkus permen. Susternya bilang kalau dia butuh diet hahaha! Abisnya dia paling gendut diantara para pasien sih :D
Saya n Yy coba ajarin dia gerakan lagu "My God Is So Big". Walau dia lambattttt banget ngikutinnya, tapi dia kelihatan senang :) Hehe..sepertinya Yy juga udah 'jatuh cinta' ama pasien yang satu ini :D
Pas dinner, kita ada feeding lagi. Kali ini bagi pasien yang harus makan makanan lunak dikasih bubur. Bagi yang cukup 'normal', mereka dikasih chicken rice.
Nah, waktu dinner, saya ga boleh suapin si nenek tadi karena kata susternya si nenek ini bisa makan sendiri. Saya disuruh suapin pasien yang lain. Pasien ini tangannya kaku, seperti mencengkeram something. Jadi dia ga bisa pegang sendok. Dia sempat nangis keras-keras manggil mamanya. Kata susternya sih, dia rindu mamanya yang hanya datang 3 bulan 1x. Kasihan juga... ga semua anak cacat 'diterima' oleh orangtuanya sendiri.
Ada beberapa pasien yang harus disuapin ama susternya. Karena ada yang suka marah-marah atau gampang muntah.
Sesudah feeding, kita sempat memencar ke kamar lain. Di lantai 2, ada 1 pasien namanya Christopher. Dia 'istimewa'. Dia cacat mental dan juga cacat fisik. Tapi dia bisa mengingat hari. Kasih dia tanggal dan tanyakan harinya, dia bisa menjawab dengan benar. Misal: '7 Jan 2008 hari apa?'. Dia bisa jawab 'Senin'. Ingatannya sangat bagus! Yah...Tuhan memang adil. Dia mungkin punya kekurangan tapi dia juga punya kelebihan yang ga semua orang miliki :).
Saya ama Yy juga sempat ngobrol ama 1 orang bapak yang umurnya mungkin udah 60 tahunan. Anak laki-lakinya yang sulung kelihatannya udah umur 30 tahunan, tapi cacat mental. Bapak ini bilang, kalau dulu dia masih bisa rawat sendiri. Tapi sekarang dia udah tua, jadi lebih baik anaknya ditaro disana. Dia datang setiap hari.
Sedih memang kalau melihat orang tua yang anaknya cacat. Apalagi kalau cacat mental. Saya juga punya tetangga (oma berumur 70 tahunan) yang anaknya cacat mental. Selama ini dia tinggal bertiga dengan anak dan pembantunya. Dia cerita ke mama saya. Dia selalu kuatir, kalau dia meninggal nanti anaknya siapa yang bakal urusin? Saudara-saudaranya pasti ga ada yang mau urus. Pembantunya pun ga akan bisa diandalkan.
Tapi yah....ternyata Tuhan ngerti beban dia. Suatu hari anaknya ini kepeleset di kamar mandi, kepalanya terbentur, dan akhirnya meninggal. Si Oma sedih sih pastinya. Tapi paling ngga, dia bisa sedikit lega, toh kalau dia meninggal dia ga usah mengkuatirkan anak itu lagi.
Hari ini merupakan hari yang ga akan saya lupakan. Masih banyak hal yang mau saya ceritain tapi pasti nantinya bakal kepanjangan ceritanya hahaha!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment