Hari ini saya n Wolfie nonton The Golden Compass.
Karena rumah saya di Sembawang, kantor di Yew Tee, dan rumah Wolfie di Buona Vista.... Jadinya kita sepakat untuk cari bioskop yang.... "di tengah-tengah" :P
Setelah lihat jadwal tayangnya, akhirnya kita pilih bioskop Cathay di Causeway Point (Woodlands).
Sebelum nonton, kita dinner bareng. Baru tahu kalau di Causeway Point ada 1 foodcourt yang halal. Yah...yang pastinya sih kita ga trtarik hehehe....
Yang nonton lumayan sedikit. Mungkin karena film ini udah cukup lama beredarnya kali yee..... Saya akan kasih synopsisnya 'sedikit' :D
WARNING! MAY CONTAIN SPOILERS
The Golden Compass merupakan film yang dibuat berdasarkan buku pertama dari trilogi "His Dark Materials"-nya Phillip Pullman, yang judulnya "Northern Lights".
Jujur... mungkin karena film ini mau dibuat semirip mungkin ama novelnya, jadi bagi penonton yang belum baca bukunya (sperti saya :P), malah ga ngerti ceritanya. Untung ada Wolfie yang bukan hanya udah baca, tapi juga punya serinya lengkap :). Jadi selama nonton, Wolfie ngejelasin beberapa bagian yang ga ada di film tapi ada di buku. Dan penjelasan ini cukup menolong saya untuk mengerti alur filmnya.
The Golden Compass cukup menuai banyak "komentar" dari kalangan orang Kristen. Beberapa bulan sebelum film ini keluar, saya udah dapat beberapa email yang menyuruh kita untuk berhati-hati nonton film ini (dan kalau bisa, jangan bawa anak kita nonton). Karena film ini'kan diangkat dari triloginya Phillip Pullman. Nah, Phillip Pullman adalah seorang atheist, dan melalui triloginya dia ingin 'mengajarkan' kepada anak kecil bahwa Tuhan itu ga ada.
Sebelum saya buat resensinya, mari kita mengerti beberapa hal dari 'dunia' The Golden Compass itu sendiri. Jadi, ceritanya setiap orang di 'dunia' The Golden Compass punya apa yang disebut 'daemon'. Nah, daemon ini adalah 'soul' mereka. Jadi kalau sampai daemon ini mati, maka otomatis pemilik daemon ini juga mati. Dan, kalau daemonnya disakiti, maka tubuh fisik pemilik daemon ini juga akan terasa sakit yang sama. Jadi bisa dibilang kalau daemon dan pemilik daemon tersebut adalah satu. Tidak bisa dipisahkan.
Wujud daemon menyerupai binatang. Wujudnya bisa macam-macam, tapi jenis kelaminnya sama dengan pemiliknya. Daemon ini bisa berubah-ubah wujud tapi masih dalam wujud binatang. Misal: Dari tikus jadi burung etc. Tapi daemon akan berhenti berubah wujud kalau seorang anak udah dewasa / udah mengalami masa puber /akil balik or whatever'lah. Daemon ini setelah wujudnya fix, biasanya mewakili karakter pemiliknya. Biasanya kalau pelayan, daemonnya berwujud anjing :P.
The Golden Compass menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Lyra Belacqua. Dia seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh pamannya, Lord Asriel. Deamon dia bernama Pantalaimon (masih sering berubah wujud, kadang jadi cerpelai, kadang jadi kucing dsbnya). Dia memiliki banyak teman, yang sebagian besar cowo. Salah satu teman baiknya bernama Roger (deamonnya bernama Salcilia, berwujud anjing). Suatu hari, Lyra dan Roger berbincang-bincang tentang banyaknya kasus penculikan anak kecil yang terjadi akhir-akhir ini. Penculikan ini didalangi oleh satu kelompok bernama "Gobblers". Nah, ada apa dengan Gobblers? itu saya lanjutin ntar... sekarang lihat dulu tentang latar belakang pemerintahannya.
Pemerintahan di 'dunia' The Golden Compass berada dibawah Magisterium. Nah, ceritanya berawal ketika Lyra sedang bermain bersama teman-temannya, dan dia ga sengaja melihat ada orang yang berencana membunuh pamannya (dengan membubuhkan racun kedalam minumannya). Ternyata, orang tersebut adalah orang dari Magisterium yang mau mencegah Lord Asriel untuk mempresentasikan penemuannya tentang 'dust'.
Dust adalah sebuah partikel yang sepertinya sih berasal dari dunia lain, masuk ke tubuh manusia melalui deamon mereka. Lord Asriel percaya bahwa dust ini menunjukkan adanya dunia paralel lain. Sesudah penemuan ini, maka Lord Asriel pergi ke Utara untuk menyelidiki lebih lanjut (tanpa membawa Lyra tentunya).
Sementara itu, Jordan College tempat dimana Lyra tinggal, dikunjungi oleh seorang wanita cantik bernama Marisa Coulter. Mrs. Coulter kemudian mengajak Lyra untuk pergi ke Utara juga. Lyra tentunya setuju. Dan sebelum berangkat, kepala Jordan College menitipkan alethiometer pada Lyra.
Alethiometer- yang bentuknya seperti golden compass, adalah sebuah alat yang bisa memberitahukan jawaban atas pertanyaan apapun yang diajukan oleh penggunanya yang sudah terlatih. Alat ini dilarang penggunaannya oleh Magisterium (yang sepertinya pada akhirnya menghancurkan semua alethiometer yang ada saat itu). Jadi, alethiometer yang dimiliki Lyra adalah satu-satunya yang selamat dari 'pembantaian' pihak Magisterium.
Ini gambar alethiometer beserta penjelasannya. Just click to enlarge :)
Kepala Jordan College udah omat ke Lyra, jangan sampai ada orang tahu tentang alethiometer itu. Nah, awalnya Lyra punya niat untuk kasih tau tentang alethiometer ini ke Mrs. Coulter, since sepertinya Mrs. Coulter adalah seorang wanita yang baik dan menyenangkan. Tapi... ke belakang-belakang dia baru lihat kalau Mrs. Coulter sepertinya ga sebaik yang dia kira.
Nah, sewaktu Mrs. Coulter menunda keberangkatan mereka ke Utara, Lyra menemukan bahwa ternyata Mrs. Coulter adalah pimpinan dari 'Gobblers' yang mendalangi penculikan anak-anak, dan bahwa teman-temannya, termasuk Roger, sudah diculik dan dibawa ke Utara.
Lyra kemudian kabur (tapi Mrs. Coulter udah keburu tahu kalo Lyra punya alethiometer ). Dia kemudian diselamatkan oleh kawanan orang Gypsi yang juga mau pergi ke Utara untuk membebaskan anak-anak yang ditawan Gobblers tsb.
Mereka kemudian berlayar ke Utara. Ketika singgah di Norwegian Port, Lyra bertemu dengan 1 aeronaut (= orang yang menerbangkan balon udara) bernama Lee Scoresby. Lee kemudian menyarankan Lyra untuk menyewa jasa Iorek Byrnison untuk perjalanannya membebaskan para tawanan dari cengkeraman Gobblers.
Iorek Byrnison adalah seekor beruang kutub. Dia dulunya adalah pemimpin dari ras armoured polar bears. Tapi terjadi pertarungan antara Iorek dengan Iofur Raknison dimana pada akhirnya Iorek kalah, dan Iofur menjadi raja. Iorek pun diasingkan dari kelompoknya.
Nah, Iorek mempunyai armour yang bisa dibilang..sama dengan deamonnya manusia. Jadi, sama seperti manusia yang ga berdaya tanpa deamonnya, begitu juga dengan Iorek tanpa armournya. Nah, armournya ternyata dicuri dan disembunyikan oleh orang-orang di kota tsb. Dan karena Iorek tidak berdaya, akhirnya orang-orang mempekerjakan/ memperbudak dia sebagai metalworker di kota tsb.
Lyra kemudian menggunakan alethiometernya untuk menemukan armournya Iorek. Sesudah menemukannya, Iorek pun mengabdikan diri pada Lyra sebagai tanda terimakasih. Maka Lyra + orang-orang Gypsi + Lee Scoresby (yang diminta jasanya untuk membantu kaum Gypsi) meneruskan perjalanan ke Utara.
Alethiometer menuntun Lyra bertemu dengan Billy Costa yang lolos dari pusat penelitian Magisterium. Tapi keadaan Bill sangat menyedihkan. Mukanya pucat dan deamon dia juga ga ada (ingat bahwa di dunia Lyra, manusia ga mungkin dipisahkan dengan deamonnya. Jadi keadaan seseorang tanpa deamon bisa dibilang cukup aneh, sama seperti tubuh tanpa jiwa).
Di tengah perjalanan, Lyra dan teman-temannya diserang oleh orang Samoyedic yang kemudian membawanya ke hadapan Iofur Raknison.
Iofur Raknison menjadi raja dari ras armoured polar bears setelah dia mengalahkan Iorek Byrnison. Penggulingan takhta ceritanye.. Sapa yang kuat, dia yang jadi raja gitu deh.
Nah, Iofur Raknison mempunyai ambisi untuk bisa seperti manusia, maksudnya..pengen punya deamon kaya manusia. Nah, Lyra yang tahu ambisi Iofur berusaha menipu Iofur supaya dia bisa kabur. Lyra bilang kalau dia adalah deamonnya Iorek Byrnison. Iofur marah sekali, karena dia pikir 'kok pecundang kaya Iorek Byrnison bisa punya deamon sementara dia ga??Lyra bilang kalau dia bisa aja jadi deamonnya Iofur asal Iofur bisa ngebunuh Iorek.
Sementara itu, Iorek datang menjemput Lyra. Lyra merasa bersalah, karena dia udah menset-up pertarungan yang dulu pernah membuat Iorek kalah, mengharuskan dia menyerahkan takhta raja dari para armoured polar bears dan pada akhirnya diasingkan. Tapi Iorek ga marah, dia malah berterimakasih pada Lyra yang memberikan kesempatan dia untuk bertarung lagi dengan Iofur.
Dan..............terjadilah pertarungan seru antar 2 beruang kutub itu. Yang pada akhirnya dimenangkan oleh Iorek Byrnison tentunya :)
Lyra dan Iorek Byrnison melanjutkan perjalanan. Tapi di tengah jalan, Lyra terpisah dengan Iorek. Lyra tetap meneruskan perjalanan dan sampai ke pusat penelitian Magisterium. Lyra merubah namanya (nyamar ceritanye :P) dan berpura-pura kalau dia tersesat.
Pihak Magisterium menyambut Lyra dengan baik. Di dalam pusat penelitian itu Lyra bertemu kembali dengan Roger. Mereka kemudian merencanakan untuk kabur bersama dengan anak-anak yang diculik lainnya.
Sewaktu Lyra hendak kabur, dia ketangkap waktu sedang menguping pembicaraan Mrs. Coulter dengan pihak Magisterium. Mereka ternyata sedang melakukan eksperimen untuk memutuskan 'ikatan' antara manusia dengan deamon mereka. Pihak Magisterium berkesimpulan bahwa dust adalah pembawa hal-hal yang buruk dalam diri manusia. Waktu seseorang masih kecil, mereka ga punya dust. Tapi sesudah puber/ mulai beranjak dewasa, dust mulai masuk kedalam tubuh mereka melalui deamon mereka. Dan dust inilah yang menyebabkan manusia punya rasa benci, dendam, lust dsbnya. Mereka percaya bahwa jika bisa memutuskan ikatan ini, maka dust tidak akan bisa masuk ke tubuh manusia, dan ga ada hal buruk dalam diri manusia.
Tapi karena - sekali lagi- manusia dan deamonnya sama seperti manusia dengan soul mereka, jadi 'ikatan' antara mereka itu udah sangat sangat kuat dan dalam. Makanya waktu 'ikatan' ini diputusin, ga ada anak-anak yang sanggup bertahan lebih dari 3 hari. Biasanya seudah 3 hari mereka meninggal.
Nah, waktu ketahuan menguping, Lyra langsung dibawa oleh pihak Magisterium ke 1 mesin untuk dijadiin bahan percobaan. Di mesin itu mereka berusaha memutuskan 'ikatan' Lyra dengan demonnya, Pantalaimon. Untungnya sebelum proses tersebut beres ampe tuntas, Mrs. Coulter datang dan menyelamatkan Lyra (yang saat itu udah pingsan).
Seudah siuman, Lyra bertanya pada Mrs. Coulter kenapa dia mau menyelamatkan Lyra. Mrs. Coulter kemudian menceritakan alasannya mau memutuskan 'ikatan' manusia dengan deamonnya. Dan dia juga mengatakan bahwa mesin itu belum sempurna, jadi anak-anak yang sudah diputuskan 'ikatan'nya biasanya bakal mati beberapa hari kemudian. Mrs. Coulter kemudian mengakui bahwa dia adalah ibu kandung Lyra, dan Lord Asriel adalah papanya Lyra.
Mrs. Coulter kemudian meminta alethiometernya Lyra. Tapi Lyra berhasil kabur. Singkat cerita, Lyra kabur beserta anak-anak yang diculik tsb. Dan pihak Magisterium bertempur dengan kaum Gypsi, pasukan armoured polar bears (yang sekarang dipimpin Iorek :) ), dan juga para penyihir (yang dipimpin Serafina Pekkala, ratu dari clan penyihir).
Akhirnya sih happy ending. Para tawanan bebas, pusat penelitian Magisterium hancur, dan Lyra siap kembali untuk bertemu dengan Lord Asriel yang adalah papanya.
Film ini tamat sampe situ, tapi masih ngegantung sih. Karena kalau dari buku'kan dibuat alurnya nyambung ke buku 2, sementara sepertinya film ini ga niat bikin sekuelnya.
Over all sih filmnya kalau dari segi tekhnik udah lumayan ok. Dari segi cerita...pusink deh kalo belum baca bukunya. Untung ada Wolfie yang senantiasa memberitahu, tapi akhirnya malah agak ga konsen ke film. Duh...maap yah Wolfie, bikin Wolfie ga terlalu bisa menikmati filmnya :P
Tapi mau gimana lagi.. Karena memang ada beberapa bagian yang ga bisa ngerti kalau hanya nonton film. Kaya misalnya pas deamonnya Lyra dipegang orang, Lyranya langsung pingsan. Nah, kata Wolfie, deamon itu ga boleh dipegang ama orang. Kalau dipegang itu kaya megang bagian paling intim seseorang, makanya begitu dipegang langsung Lyranya ga berdaya.
Nah, kalau dari film pertama, ga ketahuan mana bagian yang mengajarkan anak bahwa Tuhan itu ga ada. Tapi kata Wolfie, kalau baca bukunya baru tahu.
Karena di buku pertama berakhir dengan Lyra pergi ama Roger untuk bertemu Lord Asriel. Nah, Lord Asriel kemudian juga memutuskan 'ikatan' antara Roger dengan deamonnya yang pada akhirnya membuat Rogernya meninggal. (Ga tahu diputusinnya pake apa since mesin buat putusin ikatannya'kan udah dihancurin.... musti baca bukunya neh)
Sesudah ikatan itu putus, terbukalah pintu ke dimensi lain/ ke dunia paralel lainnya. Disana Lyra bertualang dan bertemu dengan 1 anak cowo. Mereka kemudian menemukan sebuah pisau yang bisa membelah apapun, termasuk dunia paralel or dimensi lain.
Nah, di buku ketiga mereka akhirnya sampai ke dunia orang mati. Ternyata orang kalau mati ya pada akhirnya hanya sampai di satu tempat saja. Ga ada yang namanya Surga or Neraka. Di dunia orang mati ini Lyra juga melihat ada pendeta.
Dan akhirnya Lyra bertemu dengan 'tuhan'. Ternyata tuhan digambarkan sebagai seorang lelaki yang udah tua banget, yang ga berdaya, begitu rapuh kaya udah tinggal nunggu mati aja. Nah, tuhannya ini tinggal di satu ruangan. Dia ga bisa kemana-mana. Waktu Lyra belah ruangan itu dengan pisau di buku 2, maka tuhannya kayanya merasa 'terkontaminasi' ama dunia luar, jadinya meninggal.
Nah, kalau udah baca triloginya baru ngerti. Ternyata dalam buku tsb dust digambarkan sebagai dosa. Makanya dust hanya muncul waktu seseorang udah beranjak dewasa. (Yah, emang sih kita'kan percaya adanya dosa turunan, tapi sepertinya Phillip Pullman punya pendapat lain :P). Ada satu bagian di buku ketiga (waktu dah mau tamat), dimana Lyra kissing dengan temannya. Disana pertamakalinya muncul dust dari tubuh keduanya.
Phillip Pullman juga menggambarkan bahwa ga ada yang namanya Surga or Neraka. Jadi, ga ada gunanya kita beribadah, berdoa dsbnya, toh pada akhirnya kita semua nyampenya ke tempat yang sama toh.
Dia juga menggambarkan bahwa tuhan itu sepertinya seorang tua yang udah 'ga berguna', tinggal nunggu mati. Dan akhirnya di buku terakhir tuhannya emang mati. Sesudah tuhannya mati, roh-roh orang yang mati menyatu dengan alam.
Anyway....saya sih ga niat baca bukunya. Dengar cerita Wolfie ajah udah cukup hehehe....
Sesudah nonton, kita sempat foto-foto dulu hehehe.... Ceritanya pengen mengabadikan suasana Natal di SG gituh :)
Nah, biasanya di mall-mall emang ada satu spot untuk foto-foto :)
Yang ini...ga terlalu special sih, cuma unik aja makanya saya potret :P