Kalau ditanya..."kamu paling suka gambar Tuhan Yesus lagi ngapain?". Sebagian orang mungkin menjawab, "saya suka gambar Tuhan Yesus disalibkan, karena itu mengingatkan kita tentang anugerah keselamatanNya", ada juga yang bilang, "saya suka gambar Tuhan Yesus waktu Dia merentangkan tanganNya seakan-akan Dia mengundang kita untuk datang kepadaNya", ada juga sebagian orang yang bilang, "saya suka 'The Last Supper' karya Leonardo Da Vinci.. " dan sebagainya. Tapi kalau saya yang ditanya, saya akan bilang kalau saya suka gambar Tuhan Yesus saat Dia berdoa di taman Getsemani.
Keadaan Tuhan Yesus saat Dia berdoa di taman Getsemani sudah digambar dalam berbagai versi. Tapi hanya satu gambar yang benar-benar berkesan hingga sekarang. Itu adalah gambar pertama yang benar-benar... menggambarkan pergumulanNya, ketakutanNya, dan semua perasaanNya saat itu. Berbeda dengan kebanyakan versi pada umumnya, Tuhan Yesus tidak melipat tanganNya untuk berdoa dan Dia juga tidak menatap ke atas / langit. Dia memegang dahiNya, tunduk berdoa ...memperlihatkan kesan betapa beratnya pergumulan yang sedang Ia hadapi. Sayangnya..setelah mencari-cari di internet, saya tidak menemukan gambar tersebut :(
Saya suka gambar Tuhan Yesus ketika berdoa di Taman Getsemani karena mengingatkan saya pada doaNya malam itu. Dia berkata,"Bapa, kalau boleh cawan ini lalu daripadaKu..Tetapi bukan kehendakKulah yang terjadi melainkan kehendakMu.."
Kemarin malam saya pun berdoa pada Bapa. Saya mohon agar saya bisa keluar dari company saya sekarang dan menemukan company baru yang lebih baik.
Saya merasa company saya saat ini jaraknya terlalu jauh dari rumah saya, sehingga waktu saya terbuang percuma di perjalanan. Rumah saya di Sembawang (North) sementara company saya di Aljunied (East).
Click the image to enlarge :)
Jarak rumah saya dengan kantor kira-kira 1.5 jam perjalanan. Jadi dalam 1 hari saya bisa menghabiskan 3 jam di perjalanan... Saya bekerja dari Senin sampai Sabtu. Senin sampai Jumat saya kerja mulai jam 09.00-18.00, sedangkan Sabtu mulai jam 09.00-13.00.
Selama ini, saya merasa bahwa waktu kerja saya yang cukup padat dan jarak rumah dengan kantor saya yang begitu jauh, membuat hubungan saya dengan Tuhan merenggang. Setiap hari kerja, saya bangun jam 07.15..berangkat ke MRT sudah jam 8 kurang. Sampai di mrt Aljunied sudah jam 9 kurang. Kira-kira jam 8.50 bus menuju kantor saya tiba. Kalau sampai saya ketinggalan bus......yah dengan amat sangat menyedihkan saya harus menunggu 30 menit lagi sampai bus berikutnya datang... Jadi, kalau saya sampai ketinggalan bus....yah...masuk kantor juga bisa-bisa telat 20 menit.
Pulang....kalau OT (Over Time), saya bisa pulang jam 18.30. Daerah kantor saya adalah daerah warehouse, bukan perkantoran. Dan kalau sudah sore, jalanan sepi, dan biasanya masih banyak pekerja kasar di sekitar situ, jadi....tidak disarankan untuk pulang lebih dari jam 18.30. Yah...baguslah, karena walaupun saya pulang tepat jam 18.00 (yang sayangnya sangat jarang sekali terjadi), toh saya tetap sampai di rumah sudah jam 19.30.
Sampai di rumah, makan malam, ngobrol-ngobrol dulu dengan house mate saya...selesai beres-beres (mandi dsb) sudah jam 23.00. Dan.....barulah saya bisa renungan harian dan baca Alkitab harian. Saya sampai mikir....Tuhan kasih saya 24 jam 1 hari dan saya hanya bisa kasih 1 jam terakhir dalam 1 hari untuk Tuhan. Itu pun dalam keadaan cape yang...akhirnya kadang membuat saya ga konsen untuk baca renungan / Alkitab.
"Rubah jadwal dong! Bangun lebih pagi, tidur lebih pagi juga!".....Yah mungkin itu yang akan disarankan oleh....orang-orang yang tahu masalah saya ini. Tapi, saya sudah pernah memikirkannya. Dan...kalau saya tidur pagian, otomatis saya ga bisa ngobrol-ngobrol dengan house mate saya. Dan...saya dengan house mate saya itu saat ini pun sudah jarang ngobrol. Apalagi kalau saya tidur pagian. Mungkin kita benar-benar ga ada waktu ngobrol sama sekali. Saya dengan house mate saya hanya pergi berdua ke gereja saja. Diluar itu tidak pernah pergi bareng, karena saya tidak punya waktu main. Dia Sabtu libur, saya Sabtu masih masuk kerja. Walaupun Sabtu saya bekerja setengah hari, tapi bagi saya....saya tidak merasa "bekerja setengah hari". Dari kantor pulang jam 13.00, sampai rumah sudah jam 14.30, baru makan siang. Istirahat sebentar, jam 16.00 harus pergi lagi ke gereja untuk PP (Persekutuan Pemuda).
Saya sadar, masalah saya yang sebenarnya adalah jam kerja saya dan kantor saya yang terlalu jauh. Selain membuang waktu saya, juga menguras tenaga saya. Jarak rumah ke kantor saya kira-kira 16 MRT Station dan 6 bus stop. Dan...yah....adakalanya (atau seringkali) saya harus berdiri sepanjang perjalanan...dan rasanya "tak terlukiskan".
Setiap kali saya memikirkan hal ini, saya selalu mau nangis. Saya hanya pikir.....kalau begini terus, saya semakin jauh dari Tuhan dan dari persekutuan dengan saudara seiman. Beberapa kali saya diajak main hari Sabtu. Teman-teman saya hari Sabtu libur. Dan karena saya bekerja, saya ga bisa main dengan mereka. Sampai teman saya bilang, "o iya, susah ya ngajak kamu main hari Sabtu.." Dan kalau PP saya dimajuin jamnya (sekitar jam 10an)...yah anggap saja PPnya libur, karena kalaupun saya jam 13.00 tepat pulang, toh sampai ke gereja saya mungkin sudah jam 15.00.
Saya juga sampai sekarang belum punya kelompok PA, karena saya merasa..dengan jadwal saya saat ini, saya belum berani mengambil komitmen untuk ikut 1 kelompok PA. Sabtu pagi sampai siang saya kerja, sore saya PP. Minggunya, pagi saya ke gereja (GPBB) dan sorenya...kalau ga pergi main dengan teman saya yah..saya pergi ke gereja lagi (GRII) dengan house mate saya.
Saya terus berdoa, bukan saja memohon tapi mungkin karena sudah setengah putus asa, saya sampai minta Tuhan kasihan ke saya. Setiap doa saya selalu diawali, "Tuhan...kalau Tuhan kasian ke saya....tolong supaya saya dapat company baru.."
Kalau mengingat bagaimana saya mendapatkan pekerjaan ini....benar-benar campur tangan Tuhan itu nyata...Tapi sekarang saya malah mengeluh. Dulu saya selalu bertanya-tanya, bangsa Israel, umat pilihan, yang berdoa siang malam minta dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir. Dan Tuhan mendengar doa mereka dan membebaskan mereka dengan kuasaNya. Tapi mereka masih saja bersungut-sungut tidak tahu terimakasih dan akhirnya berbalik menjauhi Tuhan... Dan sekarang saya pun menjadi salah satu dari mereka. Saya yang berdoa siang malam untuk bisa dapat pekerjaan, Tuhan berikan dengan jalanNya yang ajaib...Sekarang saya malah mengeluh dan menjauhi Dia..
Teman saya bilang kalau kita merasa tidak puas itu manusiawi, dan saya rasa dia benar. Tapi kalau saya ingat Tuhan Yesus malam itu berdoa, "...bukan kehendakKulah yang terjadi melainkan kehendakMu.." Sementara saya berdoa dengan "memaksa" Tuhan untuk mengikuti kehendak saya. Jujur saya malu.....
Rasa tidak pernah puas itu manusiawi, tapi bagaimana kita menanggapinya itu yang patut kita renungkan. Apakah kita menanggapinya dengan "memaksa" Tuhan mengikuti semua keinginan dan ambisi kita, ataukah kita mengesampingkan keegoisan kita dan mulai belajar menghitung berkatNya.. And that's what i'm gonna do
Selama ini, saya merasa bahwa waktu kerja saya yang cukup padat dan jarak rumah dengan kantor saya yang begitu jauh, membuat hubungan saya dengan Tuhan merenggang. Setiap hari kerja, saya bangun jam 07.15..berangkat ke MRT sudah jam 8 kurang. Sampai di mrt Aljunied sudah jam 9 kurang. Kira-kira jam 8.50 bus menuju kantor saya tiba. Kalau sampai saya ketinggalan bus......yah dengan amat sangat menyedihkan saya harus menunggu 30 menit lagi sampai bus berikutnya datang... Jadi, kalau saya sampai ketinggalan bus....yah...masuk kantor juga bisa-bisa telat 20 menit.
Pulang....kalau OT (Over Time), saya bisa pulang jam 18.30. Daerah kantor saya adalah daerah warehouse, bukan perkantoran. Dan kalau sudah sore, jalanan sepi, dan biasanya masih banyak pekerja kasar di sekitar situ, jadi....tidak disarankan untuk pulang lebih dari jam 18.30. Yah...baguslah, karena walaupun saya pulang tepat jam 18.00 (yang sayangnya sangat jarang sekali terjadi), toh saya tetap sampai di rumah sudah jam 19.30.
Sampai di rumah, makan malam, ngobrol-ngobrol dulu dengan house mate saya...selesai beres-beres (mandi dsb) sudah jam 23.00. Dan.....barulah saya bisa renungan harian dan baca Alkitab harian. Saya sampai mikir....Tuhan kasih saya 24 jam 1 hari dan saya hanya bisa kasih 1 jam terakhir dalam 1 hari untuk Tuhan. Itu pun dalam keadaan cape yang...akhirnya kadang membuat saya ga konsen untuk baca renungan / Alkitab.
"Rubah jadwal dong! Bangun lebih pagi, tidur lebih pagi juga!".....Yah mungkin itu yang akan disarankan oleh....orang-orang yang tahu masalah saya ini. Tapi, saya sudah pernah memikirkannya. Dan...kalau saya tidur pagian, otomatis saya ga bisa ngobrol-ngobrol dengan house mate saya. Dan...saya dengan house mate saya itu saat ini pun sudah jarang ngobrol. Apalagi kalau saya tidur pagian. Mungkin kita benar-benar ga ada waktu ngobrol sama sekali. Saya dengan house mate saya hanya pergi berdua ke gereja saja. Diluar itu tidak pernah pergi bareng, karena saya tidak punya waktu main. Dia Sabtu libur, saya Sabtu masih masuk kerja. Walaupun Sabtu saya bekerja setengah hari, tapi bagi saya....saya tidak merasa "bekerja setengah hari". Dari kantor pulang jam 13.00, sampai rumah sudah jam 14.30, baru makan siang. Istirahat sebentar, jam 16.00 harus pergi lagi ke gereja untuk PP (Persekutuan Pemuda).
Saya sadar, masalah saya yang sebenarnya adalah jam kerja saya dan kantor saya yang terlalu jauh. Selain membuang waktu saya, juga menguras tenaga saya. Jarak rumah ke kantor saya kira-kira 16 MRT Station dan 6 bus stop. Dan...yah....adakalanya (atau seringkali) saya harus berdiri sepanjang perjalanan...dan rasanya "tak terlukiskan".
Setiap kali saya memikirkan hal ini, saya selalu mau nangis. Saya hanya pikir.....kalau begini terus, saya semakin jauh dari Tuhan dan dari persekutuan dengan saudara seiman. Beberapa kali saya diajak main hari Sabtu. Teman-teman saya hari Sabtu libur. Dan karena saya bekerja, saya ga bisa main dengan mereka. Sampai teman saya bilang, "o iya, susah ya ngajak kamu main hari Sabtu.." Dan kalau PP saya dimajuin jamnya (sekitar jam 10an)...yah anggap saja PPnya libur, karena kalaupun saya jam 13.00 tepat pulang, toh sampai ke gereja saya mungkin sudah jam 15.00.
Saya juga sampai sekarang belum punya kelompok PA, karena saya merasa..dengan jadwal saya saat ini, saya belum berani mengambil komitmen untuk ikut 1 kelompok PA. Sabtu pagi sampai siang saya kerja, sore saya PP. Minggunya, pagi saya ke gereja (GPBB) dan sorenya...kalau ga pergi main dengan teman saya yah..saya pergi ke gereja lagi (GRII) dengan house mate saya.
Saya terus berdoa, bukan saja memohon tapi mungkin karena sudah setengah putus asa, saya sampai minta Tuhan kasihan ke saya. Setiap doa saya selalu diawali, "Tuhan...kalau Tuhan kasian ke saya....tolong supaya saya dapat company baru.."
Kalau mengingat bagaimana saya mendapatkan pekerjaan ini....benar-benar campur tangan Tuhan itu nyata...Tapi sekarang saya malah mengeluh. Dulu saya selalu bertanya-tanya, bangsa Israel, umat pilihan, yang berdoa siang malam minta dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir. Dan Tuhan mendengar doa mereka dan membebaskan mereka dengan kuasaNya. Tapi mereka masih saja bersungut-sungut tidak tahu terimakasih dan akhirnya berbalik menjauhi Tuhan... Dan sekarang saya pun menjadi salah satu dari mereka. Saya yang berdoa siang malam untuk bisa dapat pekerjaan, Tuhan berikan dengan jalanNya yang ajaib...Sekarang saya malah mengeluh dan menjauhi Dia..
Teman saya bilang kalau kita merasa tidak puas itu manusiawi, dan saya rasa dia benar. Tapi kalau saya ingat Tuhan Yesus malam itu berdoa, "...bukan kehendakKulah yang terjadi melainkan kehendakMu.." Sementara saya berdoa dengan "memaksa" Tuhan untuk mengikuti kehendak saya. Jujur saya malu.....
Rasa tidak pernah puas itu manusiawi, tapi bagaimana kita menanggapinya itu yang patut kita renungkan. Apakah kita menanggapinya dengan "memaksa" Tuhan mengikuti semua keinginan dan ambisi kita, ataukah kita mengesampingkan keegoisan kita dan mulai belajar menghitung berkatNya.. And that's what i'm gonna do